MANTRA BAHAGIA
Ngeluh? Mungkin nggak
akan ada habisnya. Mulai dari bangun tidur, turun dari kasur, mandi, siap-siap
ke sekolah, berangkat ke sekolah, ngajar, terus makan siang, pulang, naek angkot
sampai menuju rumah, ganti baju, makan lagi, dan sampai kembali tidur. Nggak sedikit
keluhan yang terselip selama beraktivitas. Bisa dibilang setiap nafas adalah
keluh kesah.
Tapi hari ini saya
nggak mau mengisi tulisan saya dengan keluhan (semoga). Saya hanya ingin
bersyukur atas apa yang saya dapatkan hingga hari ini. Saya bersyukur untuk
hidup saya yang masih tetap berwarna dengan cantiknya hingga malam menjelang
tidur kali ini.
Meskipun sempat ada mendung
yang malu-malu mampir di pelupuk mata, saya selalu percaya kalau mendung itu
nggak akan pernah lama. Semua bagian yang indah sudah ada porsinya. Tidak akan
pernah salah datangnya dan selalu tepat takarannya. Karena jika berlebihan pun
tidak baik hasilnya.
Saya juga bersyukur
untuk semua pelajaran hidup yang pernah saya dapatkan. Bukan hanya dari para
sahabat tapi juga dari mereka yang mungkin tak begitu berkenan dengan kehadiran
saya. Karena mereka saya tahu arti berjuang. Tahu artinya menghargai dan tahu
artinya bertahan. Memperjuangkan bahagia
itu sama susahnya dengan mempertahankannya. Jadi saya berusaha untuk tidak
mengabaikan bahagia, apapun bentuknya.
Setiap orang di
sekeliling saya punya andil besar dalam pembentukan saya saat ini. Tidak
terkecuali. Mereka adalah role model yang sangat hebat. Saya belajar banyak
dari mereka. Belajar tentang hidup beriringan sebagaimana mestinya.Bukan jadi
makhluk individu yang tenggelam dalam dunia saya sendiri. Saya juga berdamai
dengan pikiran negatif di dalam kepala. Saya meminta padanya untuk tidak
terlalu sering mengajak saya berdialog ketika ada orang lain di hadapan saya.
Agar saya tidak lupa bagaimana rasanya bersosialisasi dengan orang di
sekeliling saya.
Apa lagi?
Intinya, saya tengah
menghitung bahagia yang berlimpah ruah jumlahnya. Enggan menghitung masalah
serta keluhan yang jumlahnya kadang tak seberapa tapi efeknya membuat raut
wajah cemberut luar biasa. Saya tidak mau kalah dengan itu semua.
Saya bahagia, saya
bahagia, dan saya akan bahagia.
Itu mantra saya di
kepala.
Ketika semua itu tertanam di
dalam hati dan terangkai manis di kepala, tak mungkin semesta luput
menghitungnya. Semua itu dimulai dari dalam jiwa. Kalau saya katakan jiwa saya
bahagia, maka Tuhan menghantarkan semesta yang juga bahagia ke sekeliling saya.
Komentar
Posting Komentar