GAGAL itu (TIDAK) ADA ^-^
Beberapa waktu
lalu saya ngobrol sama anak didik saya. Awalnya obrolan kami hanya ringan-ringan saja. Seputar liburan sekolah, nilai rapor, teman-temannya dan hal-hal
ringan lainnya, sampai pada akhirnya dia curhat ke saya tentang masalah keluarganya yang rada-rada privasi gitu, intinya dia sedang merasa
gagal dan bingung gimana caranya untuk bangkit dn keluar dari masalahnya.
Well, kadang
pertanyaan-pertanyaan seperti itu suka bikin saya baper, Asli..
Kenapa? Karena
saya juga termasuk ke dalam bagian orang yang (pernah) gagal dan baru berproses
untuk kembali berdiri, bangkit dan keluar dari zona gagal saya.
Ada orang hidup di dunia ini yang
belum pernah gagal?
Kalau ada, kasih tau saya,
hahahaaa…
Yah, setiap siapa yang merasa
dirinya sebagai manusia pasti pernah merasa gagal dalam hidupnya. Cuma,
menejemen gagal tiap-tiap manusia itu berbeda, tergantung cara berfikir,
lingkungan dan mental orang tersebut.
Apakah saya pernah gagal?
Sering!!
Apakah kemudian sayan menyerah?
Kadang-kadang, hehehe.. , untuk itu saya ingin berproses untuk berani menyikapi
kegegalan.. Aseeek..
Gagal untuk masing-masing orang
itu beda-beda ya.. Kadang kita merasa gagal padahal untuk ukuran orang lain
dianggap biasa saja. Atau kebalikannya, kita merasa kegagalan orang itu sungguh
luar biasa, ngebayangin aja berat, tapi yg bersangkutan malah merasa baik-baik
saja, minimal secara lahiriah.
Gagal dan bahagia itu sama-sama
Wang Sinawang, nggak ada tolok ukurnya.
Saya kemudian mikir, yang namanya
cobaan, masalah dan kegagalan, setiap orang pasti pernah ngalami, tergantung
bagaimana kita menyikapi secara lahir dan secara emosi.
Note it, Gagal itu (tidak) ada, yang ada hanyalah pembelajaran untuk menemukan
solusi atas permasalahan baru.
Gagal, secara harafiah adalah
sebuah kosakata singkat namun mampu menyebar kekuatan yang luar biasa. Dan,
kalo menurut saya gagal itu identik dengan ketidakmampuan, kelesuan,
keyidakberdayaan dan apapun yang bikin pesimis.
Efek dari gagal itu biasanya
berpengaruh terhadap emosi, orang yang gagal termasuk saya biasanya akan meraa
hancur se-hancur-hancurnya. Drop, ngejlog, turun drastis dan meluncur ke titik
paling rendah. WAJAR.
Dari beberapa kasus yang udah pernah cerita saya dan yang
pernah saya alami sendiri mulai dari gagal move on (dari apapun itu), gagal jadi
juara kelas, gagal jadi artis, gagal nikah, gagal dalam pernikahan, gagal punya
momongan, gagal dalam karir, gagal memanusiakan manusia, gagal bersembunyi (Kaya lagunya The Rain) dan gagal –
gagal yang lain. Namun kembali lagi
dengan masing-masing orangnya.
Menurut teori saya (maaf kalau salah) ada 3 tipe orang dalam menyikapi
kegagalan. Pertama orang yang gagal kemudian putus asa, berhenti, selesai dan
merasa bahwa hidupnya sudah selesai. Kedua, orang yang cuek atas kegagalannya, merasa dirinya baik-baik saja, dan lebih
kepada masa bodo pada kegagalannya. Ketiga adalah orang yang gagal lalu
berpikir penyebab dari kegagagannya dan belajar memperbaiki diri agar tidak terjadi
kegagalan dalam hal yang sama untuk kedua kalinya.
Dan tipe ketiga ini
benar-benar sangat sulit. Kalau saya sendiri masih dalam tipe kolaborasi antara ketiganya, tergantung tingkat kegagalan yang saya alami, tsaaah...
Nah, sekarang capture it, mau
dibawa kemana hidup kita setelah kita gagal? Mau nggak mau, suka nggak suka,
hidup kita ini adalah skenario terbaik dari Tuhan. Ketika kita gagal, maka
Tuhan telah memberikan keputusan terbaikNya, mungkin kita kecewa, itu manusiawi
berarti kita masih punya “rasa” namun kecewa bukan berarti kita menyerah.
Setiap kita masih punya banyak kesempatan, jangan nunggu kesempatan itu datang
tapi jemput kesempatan itu. Tuhan bakal memberi bantuanNya, kita hanya wajib
berusaha dan berdoa, sisanya biarkan tangan Tuhan yang bekerja.
Gagal itu boleh, yang nggak boleh
adalah terpuruk pada kegagalannya.
Gagal itu perlu, perlu sebagai
pengingat bahwa apa yang kita pengen nggak melulu harus kita dapat.
Gagal itu proses, proses kita
menuju sukses, sukses dalam hal sekecil apapun termasuk sukses untuk senantiasa
bersyukur.
Gagal itu kode, kode bahwa Tuhan
sangat menyayangi kita, Tuhan pengen liat kita naik kelas. Nggak ada orang
besar yang tantangan hidupnya kecil, nggak ada kalau kita main game semakin kita
naik level permainannya bakal semakin gampang. Tuhan menyayangi kita dengan
caraNya. Tugas kita untuk melihat lebih dekat, memahami lebih baik dan
bersyukur lebih banyak.
Untuk siswa saya yang mungkin membaca tulisan ini, jangan menyerah sayang.. Hidupmu, prosesmu, masih sangat panjang, terima, nikmati, syukuri. Tuhan telah menyiapkan cerita indah di balik kegagalanmu... BigHug dari BuNii...
Komentar
Posting Komentar