Pendidikan Pragmatis

Lalu Tan berlanjut kata:
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan”
——————————————-
Demikian lah mestinya pikiran ini dibentuk sejak dini.
saya teringat bagaimana ketika saya masih kecil…
ketika saya baru mengenal huruf dan angka, orang dewasa di sekeliling sayaselalu berkata:
“ayo Dek sekolah biar pintar”
atau
“jangan bolos, harus masuk sekolah biar jadi juara”

Ketika musim ujian atau ulangan datang saya akan dipaksa untuk membaca hal hal yang tidak menarik menurut saya saat itu, “belajar Dek, biar nilainya bagus!” “Belajar dong biar bisa dapet rangking bagus!”

dan ketika ujian berakhir, saya akan di berondong dengan pertanyaan:
“Rangking berapa Dek?”
“Nilainya berapa?”
Kalo saya dapet rangking bagus,, hhmmppp dipuja sana sini, tapi kalo enggak, ya gitu deh..
Dan bila sedang tidak beruntung ada saja individu dewasa yang membandingkan saya dengan teman, atau kakak saya.
“wah payah, nggak dapet rangking, liat si anu pinter ya, juara kelas, bla bla bla bla”
Atau
“Coba kamu kayak si anu, pasti juara”
(Huuuh sebaaaalll)

Semua anak pasti pernah mengalaminya, mengalami apa yang pernah saya alami, entah sadar ataupun tidak.
lambat laun saya sadar, ada yang salah dengan pola pikir ini.
Pragmatis dan statis.
Memang benar bersekolah untuk belajar. Tapi bersekolah itu bukan melulu soal soal pintar dan juara saja. apalagi sekarang saya adalah seorang guru, yang setiap hari berhubungan dengan dunia pendidikan.

menurut saya, Sekolah itu adalah tempat dimana kita belajar menghargai, bertoleransi, bersosialisasi, berorganisasi serta menemukan bakat, kesenangan, sahabat dan cinta.

kurang berguna juara dan angka angka yang sempurna bila seseorang hanya mengerti persoalan dalam buku yang tidak pernah berganti, percaya pada satu sumber saja, tapi tidak mengerti persoalan lingkungannya, persoalan kehidupan yang memang akan kelak akan terus terusan ia hadapi. Dan berhenti menjadi kritis lantas mendiamkan kesalahan. Atau bahkan tidak mengetahui kesalahan maka mengangguk angguk saja.

Kebiasaan menilai dengan angka angka hanya akan membentuk karakternya yang akan menilai segala sesuatu didunia ini dengan angka angka pula. Padahal dunia ini terlalu mewah bila dinilai dengan angka saja.
Mungkin saja ia tidak mendapat nilai sempurna di matematika, kimia, ataupun fisika, tapi ia begitu pandai bersosialisasi. Bisa saja ia tidak menyukai akuntansi, ekonomi ataupun geografi, tetapi ia menciptakan nada nada.

Jadi tantangan seorang Guru (termasuk saya) adalah membuat konsep yang berbeda, jangan lagi jejali ank-anak dengan sesuatu yang mempersempit daya pikir. Jangan lagi membimbing dengan pragmatis secara tidak sadar, yang membuat mereka tumbuh secara pragmatis pula. Dan menjadikan bangsa ini bangsa yang pragmatis secara perlahan..

Sekolah adalah penting,
ilmu adalah penting,
dan semua ilmu adalah amal yang takkan putus dan di bawa hingga alam kubur.
Semua ilmu adalah berkah, maka apapun yang terjadi dihidup ini adalah ilmu yang harus terus di pelajari, dibagi dan diambil hikmahnya. Bukan mengenai nilai dan juara saja.

#jedangajar
#celotehpagi
#hanyaceloteh
#imanti

Komentar

Postingan Populer