awas!!!!

Tahun ajaran baru, suasana baru, lingkungan kerja baru, temen-temen baru dan yang pasti "tantangan" baru..
bekerja pada 3 instansi sekaligus.. its a WOW choice..
capek?? pasti!!!
tapi semua akan baik2 saja ketika saya mencoba "menikmati" proses yang sedang saya lalui..
saya seratus persen yakin, ini Jalan Tuhan terbaik yang diberikanNya untuk saya lewati dengan baik dan benar..

Dalam hal ini saya mulai belajar tentang beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan..
baik dengan rekan kerja, siswa beserta orang tua/walinya, atau bahkan lingkungan sekitarnya..
menghadapi ratusan kepala dengan segala macem isinya itu bukan hal yang mudah Broow,, hhaa

FRAGILE!!!
Tulisan semacam diatas biasanya ditempel pada kardus atau barang2 yang dibawa dalam bagasi pesawat atau dalam jasa pengiriman barang.
Tentu saja, jika petugas mendapati tulisan seperti itu, maka dia akan dengan sangat hati2 memperlakukannya.
Bisa jadi, kardus itu isinya kaca, barang mudah pecah, barang mudah remuk atau benda lain yang rapuh.

Sama halnya dengan lingkungan saya, di sekeliling saya tentu saja, juga ada orang2 yang fragile, ketika bertemu dengan orang sejenis itu, saya akan memperlakukannya dengan sangat hati2..
jangan sampai menyinggung atau menyakiti perasaannya, efeknya bisa bahaya!!!
Ya..terlalu mudah tersinggung atau juga terlalu mudah marah, bahkan juga bisa terlalu mudah berprasangka.
Bagus, kalo prasangkanya baik2, nah bagaimana kalo prasangkanya buruk ke kita?

Jangan sampai, diantara kita ada yang melabeli diri kita dengan istilah fragile tersebut. #nasehat buat saya sendiri..
Hal ini, akan membuat pola interaksi kita dengan orang lain menjadi tidak nyaman.
Karena, orang lain tidak bebas untuk berekspresi apa saja ke kita.

Orang yang fragile akan merasakan seluruh kalimat yang diucapkan oleh orang lain.
Kalimat yang baik, bisa diterima dengan tidak baik. Maksud baik bisa diterima sebaliknya.
Coba saja sekarang dipikir, di dunia ada milyaran manusia dengan berbagai macam sudut pandang dan tingkah laku, kalo kita terlalu merasakan apa yang mereka ucapkan, wah.. kayanya waktu kita bakalan habis untuk merasakan omongan orang.

Nah, di sini Saya berprinsip, bahwa semua orang itu baik.
(walaupun kadang yang dikira baik ternyata menikam,, hahaaa)
Jika ada yang bertolak belakang dengan saya, itu disebabkan oleh kepentingan kami yang berbeda.
Maka, salah satu tips penting untuk mengindarkan diri dari labelling fragile pada diri kita adalah,
kita coba ketahui apa yang menjadi maksud dan kepentingan orang ketika berbicara dengan kita.Lakukan ini, ketika kita merasa apa yang dibicarakan, “tidak enak dirasakan” oleh hati dan “tidak enak didengar” kuping kita.
Kembalikan saja ke nilai obyektif, kalo memang masukannya baik, sepahit apapun itu, telan dan terima.
Tapi kalo tidak sesuai tujuan dan kepentingan kita, ucapkan terima kasih dan lupakan.
Tidak perlu kita pikir2 lagi, karena akan menghabiskan energi positif kita.

Perlu digaris bawahi, yang saya maksud adalah materi pembicaraan bukan cara penyampaian masukan ya..

Beginilah serunya interaksi manusia yang punya akal, perasaan dan kepentingan. Ketiganya akan sekaligus dipakai ketika kita berhubungan sosial,
Nah, yang jadi PR besarnya adalah, bagaimana jika ternyata ada perbedaan kepentingan yang mendasar?
eeng iing eeng...
toweweeeeng

Komentar

Postingan Populer